Jenjang Pendidikan : TKA/TPA Tingkat Ula Tingkat Wustho Tingkat ‘Ulya dan Wajar Dikdas. Email/Facebook : sullamululum@gmail.com Contact Person : Al Ustadz H.M. Mazani AR (0813-4826-5267) Al Ustadz H. Abdul Halim ZA. (0813-5144-6809) Rek. BNI Kanca Banjarbaru No. 0180907055 Bank Kalsel Cabang Martapura : No. 009.03.01.17433.8 BRI Kanca Martapura No. 0242.01.012172.53.6
Selasa, 25 Desember 2012
Minggu, 23 Desember 2012
Kedua Orangtua Nabi SAW Pasti di Surga!
Seorang mukmin tak akan mengingkari bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, nabi yang memiliki kemuliaan dan derajat yang tertinggi, baik di langit maupun di bumi. Kemuliaannya dinyatakan oleh Allah SWT dengan firman-Nya yang artinya, "Dan sesungguhnya Engkau (ya Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung." (QS Al-Qalam: 4).
Jika yang kecil menyifati sesuatu dengan "agung", yang dewasa belum tentu menganggapnya agung. Tetapi jika Allah, Yang Mahabesar menyifati sesuatu dengan kata "agung", tidak dapat terbayangkan betapa besar kekuatan. Dan sudah tentu, makhluk yang agung tidak mungkin keluar kecuali dari rahim yang agung pula.
Kemuliaan Nabi Muhammad SAW mencakup segala hal, termasuk nasabnya (keturunannya). Beliaulah manusia yang paling baik nasabnya secara mutlak. Nasab beliau berada di puncak kemuliaan. Musuh-musuh beliau pun memberi pengakuan atas hal tersebut.
Nabi SAW pernah menjelaskan bahwa nasabnya (keturunannya), yakni ayah, kakek, dan seterusnya, adalah orang-orang suci dan orang-orang pilihan. Dalam sebuah riwayat At-Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib, beliau mengatakan, "Aku Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, maka Dia telah menjadikan aku dalam sebaik-baik bagian mereka, kemudian Dia menjadikan mereka dua bagian, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik bagian mereka, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa kabilah, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik- baik kabilah mereka; kemudian menjadikan mereka beberapa keluarga, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik keluarga dan sebaik-baik diri di antara mereka. "
Dalam hadits lain beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari (antara) anak Ibrahim, dan Dia telah memilih keturunan Kinanah dari keturunan Ismail, dan Dia telah memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan Dia telah memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy, dan Dia telah memilih aku dari Bani Hasyim. "
Dari hadits-hadits di atas jelaslah, beliau adalah keturunan orang-orang pilihan, dan beliau adalah keturunan Nabi Ismail, putra Ibrahim.
Ayah Nabi SAW, yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, wafat tatkala Nabi SAW berada dalam kandungan ibundanya. Sedangkan ibunda Nabi SAW, Aminah Az-Zuhriyah, wafat tatkala Nabi SAW berusia 6 tahun.
Ayah-bunda Nabi termasuk penduduk Makkah yang tergolong ahlul fatrah, maksudnya orang-orang yang hidup di Makkah pada zaman sebelum diutusnya seorang utusan Allah. Dalam kaitan dengan mereka, adalah sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Karena itu, tidak ada ancaman siksa sedikit pun untuk kaum yang belum masuk Islam saat itu, karena ajaran Islam memang belum diturunkan oleh Allah kepada umat manusia.
Selain termasuk ahlul fatrah, mereka bukan termasuk para penyembah berhala, orang-orang yang suka berjudi, minum minuman keras, berzina, dan perbuatan hina lainnya. Mereka berdua hidup sebagai masyarakat yang terhormat dan berperangai baik, apalagi orangtua mereka, Abdul Muthalib, adalah pembesar utama kota Makkah yang bertugas menjaga kemashlahatan Ka'bah dan suku Quraisy.
Ayah-bunda Rasulullah SAW adalah orang-orang yang selamat dan tidak terpengaruh oleh keyakinan Jahiliyyah, meskipun keduanya orang-orang yang hidup dalam masa fatrah. Demikian juga moyang beliau sampai Nabi Adam AS, tidak seorang pun dari mereka yang tergolong kafir dan musyrik. Sebagaimana ditegaskan dalam kitab Fathul 'allam bi Syarhi Mursyidil Anam, karya Sayyid Muhammad Abdullah Al-Jurdani, bahwa Rasulullah bersabda, "Aku selalu berpindah dari iga-iga yang suci dan rahim-rahim yang bersih."
Rasulullah adalah semulia-mulia makhluk. Beliau selalu berada dalam kemuliaan di sisi Allah SWT, sedangkan kemuliaan dan kekufuran jelas tidak mungkin berkumpul.
Di dalam kitab tersebut juga disebutkan sebuah hadits dari 'Urwah dari Aisyah RA yang menegaskan bahwa ayah dan bunda Rasulullah SAW diaktifkan kembali oleh Allah, lalu keduanya beriman kepada ajaran Rasulullah SAW, kemudian keduanya dimatikan kembali oleh Allah SWT.
Dengan keterangan-keterangan di atas dan berbagai keterangan lainnya, kaum muslimin meyakini bahwa ayah bunda Nabi adalah orang-orang suci, orang-orang pilihan, orang-orang yang diselamatkan dari kemusyrikan dan kekufuran serta perilaku-perilaku buruk kaum Jahiliyah. Sehingga, tempat mereka kelak adalah di dalam surga. Itulah keyakinan kita berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat yang kita dapatkan dari para ulama terpercaya.
Nasihat Sayyidina Umar tentang Budaya Meniru
Madinah merupakan jantung
peradaban Islam ketika itu. Umat Islam relatif masih mempertahankan gaya hidup
sederhana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Namun jauh di luar kota Madinah,
keadaannya sedikit berbeda. Banyak kota-kota yang telah mengenal kebudayaan
imperium Romawi atau Persia memiliki kebiasaan menempatkan para pemimpin mereka
di gedung-gedung megah, berpakaian mewah serta kebiasaan-kebiasaan aristokrat
lainnya.
Sebagai khalifah Umar merasa khawatir para penguasa akan terjangkiti penyakit individualistik (tak perduli terhadap kondisi umat), materialistik (menumpuk kekayaan pribadi) dan hedonisitik (memburu kesenangan sesaat) sebagaimana para penguasa Persia dan Romawi.
Ia khawatir kebudayaan asing yang negatif tersebut dapat menggerus nilai-nilai bersahaja agama Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah. Untuk itu Umar merasa perlu untuk mengirimkan sepucuk surat kepada wali kota Azerbaijan, Uthbah bin Farqad.
Dalam hikayat Abu Utsman An Nahdi, Umar pernah mengirim surat kepada Uthbah, sang walikota Azerbaijan. Surat tersebut berisi peringatan Umar yang berbunyi
”Wahai Utbah bin Farqad! Jabatan itu bukan hasil jerih payahmu dan bukan pula jerih payah ayah dan ibumu. Karena itu kenyangkanlah kaum muslimin di negeri mereka dengan apa yang mengenyangkan di rumahmu, hindari bermewah-mewah, hindari memakai pakaian ahli syirik dan hindarilah memakai sutera.”
Teguran Umar ini berdasarkan hadis Rasulullah, "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum berarti dia bagian dari kaum itu."
Demikianlah umar memaknai peniruan (tasyabuh) atas budaya yang negatif sebagai sesuatu yang berbahaya. Sikap meniru juga menunjukkan lemahnya kepribadian yang menciptakan generasi bunglon yang gampang terombang-ambing dan kerjanya cuma mengekor.
Sementara budaya mengekor ini dibahasakan oleh Rasulullah dalam hadis: “Kamu telah mengikuti sunnah orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka.” (Anam)
Sebagai khalifah Umar merasa khawatir para penguasa akan terjangkiti penyakit individualistik (tak perduli terhadap kondisi umat), materialistik (menumpuk kekayaan pribadi) dan hedonisitik (memburu kesenangan sesaat) sebagaimana para penguasa Persia dan Romawi.
Ia khawatir kebudayaan asing yang negatif tersebut dapat menggerus nilai-nilai bersahaja agama Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah. Untuk itu Umar merasa perlu untuk mengirimkan sepucuk surat kepada wali kota Azerbaijan, Uthbah bin Farqad.
Dalam hikayat Abu Utsman An Nahdi, Umar pernah mengirim surat kepada Uthbah, sang walikota Azerbaijan. Surat tersebut berisi peringatan Umar yang berbunyi
”Wahai Utbah bin Farqad! Jabatan itu bukan hasil jerih payahmu dan bukan pula jerih payah ayah dan ibumu. Karena itu kenyangkanlah kaum muslimin di negeri mereka dengan apa yang mengenyangkan di rumahmu, hindari bermewah-mewah, hindari memakai pakaian ahli syirik dan hindarilah memakai sutera.”
Teguran Umar ini berdasarkan hadis Rasulullah, "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum berarti dia bagian dari kaum itu."
Demikianlah umar memaknai peniruan (tasyabuh) atas budaya yang negatif sebagai sesuatu yang berbahaya. Sikap meniru juga menunjukkan lemahnya kepribadian yang menciptakan generasi bunglon yang gampang terombang-ambing dan kerjanya cuma mengekor.
Sementara budaya mengekor ini dibahasakan oleh Rasulullah dalam hadis: “Kamu telah mengikuti sunnah orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka.” (Anam)
Sabtu, 15 Desember 2012
SYEIKH ABDURRAHMAN SHIDDIQ AL-BANJARI
Ulama yang diriwayatkan ini adalah keturunan Syeikh Muhammad
Arsyad al-Banjari bin Haji Muhammad Afif bin Haji Anang Mahmud bin Haji
Jamaluddin bin Kiyai Dipa Santa Ahmad bin Fardi bin Jamaluddin bin Ahmad
al-Banjari. Jalur keturunan yang menyentuh Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari,
ulama dunia Melayu yang sangat terkenal, ialah bahwa ibunya bernama Shafura
binti Mufti Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As’ad. Ibu Mufti Haji
Muhammad As’ad bernama Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, yaitu
daripada perkahwinan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan Tuan Bajut.
Dari jalur yang lain pula bahwa ibu Muhammad Afif bernama
Sari binti Khalifah Haji Zainuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, iaitu
daripada perkahwinan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan Tuan Guat.
Berdasarkan catatannya sendiri yang penulis peroleh daripada keturunan beliau
di Sapat dan Tembilahan, Indragiri Hilir (1982) bahawa Haji Abdur Rahman
Shiddiq lahir bulan Rabiulakhir, malam Khamis, sebelum Subuh, 1284
Hijrah/Agustus 1867 Masehi. Penulis tidak sependapat dengan
beberapa orang penulis yang menyebut bahwa Tuan Surgi Haji Abdur Rahman Shiddiq
lahir pada tahun 1857 Masihi. Mengenainya barangkali satu kekeliruan
menyesuaikan tahun 1284 Hijrah atau 1288 Hijrah ke tahun Masehi saja. Bahwa
1284 Hijrah bukan bersamaan dengan tahun 1857 Masihi tetapi yang betul ialah
tahun 1867 Masihi. Catatan tambahan yang dilakukan oleh anaknya bahwa beliau
wafat pada hari Senin, jam 5.40, 4 Sya’ban 1358 Hijrah/18 September 1939
Masihi, dalam usia 70 tahun.
PENDIDIKAN
Pendidikan dasarnya beliau diperoleh dari lingkungan
keluarga Ulama Banjar yang ada hubungan dengan beliau. Baik kepada kedua-dua
orang tuanya, maupun Abdur Rahman Shiddiq sendiri berhasrat untuk memperoleh
ilmu yang banyak di Tanah Suci Mekah, namun beliau menempuh jalan yang
berliku-liku. Tuan Haji Abdur Rahman Shiddiq banyak memperoleh ilmu di alam
terbuka, bumi dipijak, langit dijunjung di beberapa tempat yang dirantaunya.
Mulai Banjar berlayar ke Jawa, ke Sumatera, sambil berlayar, di rantau orang
mengajar dan berusaha untuk memperoleh biaya untuk sampai ke Tanah Suci Mekah.
Perjuangannya adalah suci untuk memperoleh ilmu
memartabatkan Islam, semangatnya adalah teguh kukuh tidak akan terabai dan
tergugahkan. Sempat belajar dengan beberapa orang ulama di Padang, sambil
berdagang emas dan perak di Padang. Beliau juga merantau ke daerah Tapanuli.
Pernah mengajar kitab Sabilul Muhtadin, karangan Syeikh Muhammad Arsyad
al-Banjari, datuk neneknya di Barus dan Natal di daerah Tapanuli. Berdasarkan
catatan Tuan Haji Abdur Rahman Shiddiq bahwa dalam musim haji tahun 1306 Hijrah
yang bererti bersamaan dengan Julai 1889 Masehi barulah cita-cita Tuan Haji
Abdur Rahman Shiddiq sampai ke Mekah, dan tinggal di sana hingga tahun 1312
Hijrah/1894 Masihi. Oleh sebab Haji Abdur Rahman Shiddiq sampai di Mekah pada
tahun tersebut di atas dinyatakan oleh beliau sendiri, maka penulis tidak
sependapat dengan kenyataan Imran Effendy Hs dalam buku Pemikiran Akhlak Syekh
Abdurrahman Shiddiq al-Banjari, halaman 16, 18 dan 63 yang menyebut bahawa Haji
Abdur Rahman Shiddiq berangkat ke Mekah pada 1882/3 Masihi.
Catatan tulisan tangan Haji Abdur Rahman Shiddiq penulis
miliki sejak tahun 1982 di Sapat daripada salah seorang keturunan beliau. Dalam
catatan itu jelas bahwa sejak dilahirkan, catatannya berada di Padang pada 10
Zulhijjah 1305 Hijrah/18 Agustus 1888 Masihi, bahwa beliau bernama Abdur Rahman
Shiddiq. Oleh sebab catatannya ditulis jauh sebelum beliau berada di Mekah,
maka penulis juga tidak sependapat dengan buku di atas (halaman 18) yang
menyebut bahawa gelar `Shiddiq’ diberikan oleh gurunya, al-Syata (maksudnya
Sayid Abu Bakri asy-Syatha) di Mekah.Sewaktu belajar di Mekah, beliau
bersahabat dengan beberapa orang, di antara mereka ialah Tuan Husein Kedah
al-Banjari, keturunan Banjar yang dilahirkan di Kedah ini (lahir 1280
Hijrah/1863 Masihi) usianya lebih tua beberapa tahun daripada Haji Abdur Rahman
(lahir 1288 Hijrah/1871 Masihi).
Sabtu, 08 Desember 2012
Selasa, 04 Desember 2012
Pengumuman Ujian Semester Pertama Tahun Pelajaran 2012 / 2013
Nomor : 001 -USM/SU/W.U./12/2012 19 Muharram 1434 H.
Lamp : 2 (dua) lembar 03 Desember 2012 M
Perihal : Pelaksanaan Ujian Semester
Madrasah tahun pelajaran 2012/2013
Kepada
Yth. :
Para Santri Tingkat Diniyah Wustho & Tingkat Diniyah 'Ulya
Di - T e m p a t
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Untuk mengevaluasi hasil
belajar santri selama satu semester pelajaran tahun pelajaran 2012/2013, maka
madrasah memandang perlu untuk melaksanakan evaluasi santri dalam bentuk Ujian Semester
Madrasah (USM) dengan beberapa penjelasan sebagai berikut :
I. PERSYARATAN CALON PESERTA & PELAKSANAAN
UJIAN :
1. Peserta terdaftar sebagai santri dengan dibuktikan adanya Buku
SPP dan Nomor Induk Santri (NIS)
2. Melunasi tunggakan Iuran SPP
selama satu semester pelajaran (Juli s/d. Desember 2012)
3. Memenuhi kuota kehadiran santri minimal 50,01 % kehadiran selama
satu semester pendidikan.
4. Kegiatan pelaksanaan ujian dimaksud Insya Allah akan dimulai
sejak Senin, 24 Desember 2012 sampai
dengan Rabu, 02 Januari 2013
( selama 9 hari ) Jadual ujian dan pengawas serta tata tertib terlampir.
II. BIAYA & TEMPAT PENDAFTARAN :
1. Biaya pendaftaran persantri untuk Tingkat Diniyah Wustho & Tingkat
Diniyah Ulya sebesar Rp. 25.000,- (dua
puluh lima ribu rupiah )
2. Waktu pendaftaran sejak pengumuman ini dikeluarkan sampai hari Ahad,
23 Desember 2012.
3. Tempat pendaftaran kepada masing-masing Guru Wali Kelas/Tingkat
dari jam 08.00 s/d. 12.00. dikantor atau lokal belajar.
4. Nomor peserta adalah Nomor Induk Santri (NIS) dan posisi lokal
ditempat masing masing sebagaimana kegiataan belajar kecuali untuk kelas I
Diniyah Ulya (santri puteri) ditempatkan di ruang aula.
III.
FORMAT UJIAN / SOAL :
Format dan
bentuk ujian, lisan atau tulisan
ketentuannya diserahkan kepada masing-masing Asatidzah pemegang mata pelajaran
(Dars)
IV. LIBURAN
PRA & pasca ujian semester madrasah. :
Sebelum
Ujian dilangsungkan kegiatan belajar libur Sabtu & Ahad, 22 & 23
Desember 2012. Dan setelah pelaksanaan Ujian Semester, liburan dimulai sejak
hari Kamis, 03 s/d. Kamis, 10 Januari 2013. Turun kembali dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) kemadrasah pada hari Sabtu, 12 Januari 2013.
V. hal – hal lain
Insya
Allaj Buku Raport Santri Insya Allah
akan dibagikan pada waktu yang ditentukan kemudian. Karena itu kepada santri
kelas II & III tingkat Diniyah Wustho dan Ulya yang belum menyerahkan Buku
Raport, agar segera mengembalikan kepada Guru Wali Kelasnya masing-masing.
Demikian
beberapa hal yang disampaikan berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan Ujian Semester
Madrasah tahun pelajaran 2012/2013. Atas
perhatian dan dilaksanakannya ketentuan ini sebelumnya diucapkan terimakasih.
Madrasah “Sullamul ‘Ulum”
Dalampagar Ulu Martapura Timur
Kepala Tingkat Diniyah
Wustho,
Kepala Tingkat Diniyah 'Ulya,
H. Abdul Halim ZA.
H.M. Mazani AR.
Tembusan
disampaikan kepada Yth. :
1. Pengurus Yayasan Al - Arsyadiyah
2. Plh. Pimpinan Pondok Pesantren. “Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary”
3. Guru Wali Kelas masing-masing kelas / tingkat Wustho & Ulya
2. Plh. Pimpinan Pondok Pesantren. “Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary”
3. Guru Wali Kelas masing-masing kelas / tingkat Wustho & Ulya
Langganan:
Postingan (Atom)