Bukti
kasih sayang tak harus sesuai dengan apa yang manusia harapkan, karena
disetiap keinginan juga harapan selalu ada hawa nafsu yang ada disitu. Begitu
juga dengan kasih sayang Allah, ketika manusia dihinggapi keputus- asaan ia
bahkan tidak tahu apa sebenarnya yang dikehendaki oleh kemauan hati, tak jarang
membuat pikiran seolah tumpul hingga tidak mampu berbuat apa-apa kecuali
kegalauan yang buntu.
Tahukah?
Bahwa kasih sayang Allah sebenarnya sedang memproses gegundahan hati yang
seperti itu, guna mendapat predikat kependekaran dalam hal
keimanan? Buktinya apa?
Coba
kita tanyakan dan ingat-ingat kembali dalam do’a harian yang biasa kita
lantunkan, do’a apa saja yang kita panjatkan?
اَللّٰهُمَّ آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
““Ya
Allah! berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di akhirat, serta
lindungilah kami dari adzab Neraka.” (HR. Al-Bukhari-Muslim)
Bukankah do’a ini yang selalu dipanjatkan?
Atau pun yang ini?
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ
أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
““Ya
Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar dimasukkan
ke
dalam Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa Neraka. ” (HR.
Abu Dawud-Ibnu Majah-Ibnu Khuzaimah)
Ketika
kita minta kepada Allah, supaya diberikan kebaikan didunia jangan pernah
beranggapan bahwa kebaikan dunia itu hanya yang enak-enak saja. Karena mustahil
itu terjadi, bukankah kata kebaikan disini bermakna terhindar dari
fitnah-fitnah dunia?
Juga
kebaikan diakhirat nanti. Allah akan menunjukkan kasih sayangNya untuk
memberikan kebaikan diakhirat dengan berupa ujian, dan tentunya itu dalam
pandangan yang manusiawi sangatlah tidak meng-enakkan. Karena disitu kita
disuguhi berbagai macam gempuran batu ujian yang tidak lain maksud Allah adalah
sebagai jalan meningkatkan keimanan hambaNya.
Sayangnya
ketika kita mendapati cobaan yang tidak menentramkan dihati atau bahkan sampai
membawa kearah frustasi kita lupa dengan komitmen do’a yang senantiasa kita
panjatkan. Tak jarang diantara kita seolah merasa tidak mendapati lembutnya
kasih sayang dari Tuhan yang maha lembut, dan parahnya lagi sampai beranggapan
Tuhan tidak adil. Na’udzubillah.
Sebagai
ibroh, bukti kasih sayang Allah mengambil sesuatu yang teramat kita kasihi,
sudah disuri tauladankan oleh beliau Rasul. Ketika
air mata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menetes menangisi gugurnya para
syuhada’, Sa’ad bin ‘Ubadah Radhiallaahu anhu bertanya: “Wahai Rasulullah, Anda
menangis?” Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab: “Ini adalah
rasa kasih sayang yang Allah Ta’ala letakkan di hati hamba-hamba-Nya.
Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta’ala hanyalah hamba yang
memiliki rasa kasih sayang.” (HR. Al-Bukhari)
Dan
ketika air mata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menetes disebabkan
kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallaahu anhu
bertanya kepada beliau: “Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?”
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab: “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah
ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata.
Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak
mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka
cita berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. Al-Bukhari)
Saudaraku, pada
hakikatnya kita tidak punya apa-apa didunia ini, tapi kita sering merasa
kehilangan dengan sesuatu yang tidak kita punyai. Kita sering merasa didholimi
oleh keadaan, tahukan sebenarnya kita sendiri yang mendholimi keadaan itu
sendiri dengan tidak relanya kita akan keadaan itu.
Sungguh,
dosa… dosa… ya, dosa lah yang memporak-porandakan kehiduan kita. Karena janji
Allah pasti akan datang kepada para pendosa, demikian juga janji Allah akan
datang kepada mereka yang sudah bersusah payah menghindar dari dosa.
Kasih
sayang Allah akan turun kepada mereka yang diberi kejayaan berupa harta namun
ia lalai, hingga Allah mengambilnya kembali, agar mereka sadar “hartaku
melalaikanku, kemudahan fasilitasku melalaikan ibadahku, sibuk kerjaku
melalaikan taqarrubku, nafsu syahwatku melalaikanku tentang nikmatnya dzikir”.
Kasih
sayang Allah akan turun kepada mereka yang terpedaya fitnah wanita atau pun
pria. Ia (Allah) akan mengambil semua apa-apa yang menyebabkan mereka
terpedaya, demi kembali kerengkuhanNya. Meskipun kasih sayang itu terwujud dari
sesuatu yang berat untuk dihadapi.
Kalau
kita benar-benar sadar, kita akan merasakan kalau Allah sudah menunjukkan
sebuah jalan baru, yang lebih bersih juga begitu indah dibelahan bumiNya untuk
menuntun kita kembali kejalanNya, melalui jalan kinsyafan juga pertaubatan.
Inilah
hakikat sebenarnya dari do’a yang senantiasa kita lafadzkan.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar