Jenjang Pendidikan : TKA/TPA Tingkat Ula Tingkat Wustho Tingkat ‘Ulya dan Wajar Dikdas. Email/Facebook : sullamululum@gmail.com Contact Person : Al Ustadz H.M. Mazani AR (0813-4826-5267) Al Ustadz H. Abdul Halim ZA. (0813-5144-6809) Rek. BNI Kanca Banjarbaru No. 0180907055 Bank Kalsel Cabang Martapura : No. 009.03.01.17433.8 BRI Kanca Martapura No. 0242.01.012172.53.6
Selasa, 25 Desember 2012
Minggu, 23 Desember 2012
Kedua Orangtua Nabi SAW Pasti di Surga!
Seorang mukmin tak akan mengingkari bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, nabi yang memiliki kemuliaan dan derajat yang tertinggi, baik di langit maupun di bumi. Kemuliaannya dinyatakan oleh Allah SWT dengan firman-Nya yang artinya, "Dan sesungguhnya Engkau (ya Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung." (QS Al-Qalam: 4).
Jika yang kecil menyifati sesuatu dengan "agung", yang dewasa belum tentu menganggapnya agung. Tetapi jika Allah, Yang Mahabesar menyifati sesuatu dengan kata "agung", tidak dapat terbayangkan betapa besar kekuatan. Dan sudah tentu, makhluk yang agung tidak mungkin keluar kecuali dari rahim yang agung pula.
Kemuliaan Nabi Muhammad SAW mencakup segala hal, termasuk nasabnya (keturunannya). Beliaulah manusia yang paling baik nasabnya secara mutlak. Nasab beliau berada di puncak kemuliaan. Musuh-musuh beliau pun memberi pengakuan atas hal tersebut.
Nabi SAW pernah menjelaskan bahwa nasabnya (keturunannya), yakni ayah, kakek, dan seterusnya, adalah orang-orang suci dan orang-orang pilihan. Dalam sebuah riwayat At-Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib, beliau mengatakan, "Aku Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, maka Dia telah menjadikan aku dalam sebaik-baik bagian mereka, kemudian Dia menjadikan mereka dua bagian, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik bagian mereka, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa kabilah, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik- baik kabilah mereka; kemudian menjadikan mereka beberapa keluarga, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik keluarga dan sebaik-baik diri di antara mereka. "
Dalam hadits lain beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari (antara) anak Ibrahim, dan Dia telah memilih keturunan Kinanah dari keturunan Ismail, dan Dia telah memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan Dia telah memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy, dan Dia telah memilih aku dari Bani Hasyim. "
Dari hadits-hadits di atas jelaslah, beliau adalah keturunan orang-orang pilihan, dan beliau adalah keturunan Nabi Ismail, putra Ibrahim.
Ayah Nabi SAW, yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, wafat tatkala Nabi SAW berada dalam kandungan ibundanya. Sedangkan ibunda Nabi SAW, Aminah Az-Zuhriyah, wafat tatkala Nabi SAW berusia 6 tahun.
Ayah-bunda Nabi termasuk penduduk Makkah yang tergolong ahlul fatrah, maksudnya orang-orang yang hidup di Makkah pada zaman sebelum diutusnya seorang utusan Allah. Dalam kaitan dengan mereka, adalah sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Karena itu, tidak ada ancaman siksa sedikit pun untuk kaum yang belum masuk Islam saat itu, karena ajaran Islam memang belum diturunkan oleh Allah kepada umat manusia.
Selain termasuk ahlul fatrah, mereka bukan termasuk para penyembah berhala, orang-orang yang suka berjudi, minum minuman keras, berzina, dan perbuatan hina lainnya. Mereka berdua hidup sebagai masyarakat yang terhormat dan berperangai baik, apalagi orangtua mereka, Abdul Muthalib, adalah pembesar utama kota Makkah yang bertugas menjaga kemashlahatan Ka'bah dan suku Quraisy.
Ayah-bunda Rasulullah SAW adalah orang-orang yang selamat dan tidak terpengaruh oleh keyakinan Jahiliyyah, meskipun keduanya orang-orang yang hidup dalam masa fatrah. Demikian juga moyang beliau sampai Nabi Adam AS, tidak seorang pun dari mereka yang tergolong kafir dan musyrik. Sebagaimana ditegaskan dalam kitab Fathul 'allam bi Syarhi Mursyidil Anam, karya Sayyid Muhammad Abdullah Al-Jurdani, bahwa Rasulullah bersabda, "Aku selalu berpindah dari iga-iga yang suci dan rahim-rahim yang bersih."
Rasulullah adalah semulia-mulia makhluk. Beliau selalu berada dalam kemuliaan di sisi Allah SWT, sedangkan kemuliaan dan kekufuran jelas tidak mungkin berkumpul.
Di dalam kitab tersebut juga disebutkan sebuah hadits dari 'Urwah dari Aisyah RA yang menegaskan bahwa ayah dan bunda Rasulullah SAW diaktifkan kembali oleh Allah, lalu keduanya beriman kepada ajaran Rasulullah SAW, kemudian keduanya dimatikan kembali oleh Allah SWT.
Dengan keterangan-keterangan di atas dan berbagai keterangan lainnya, kaum muslimin meyakini bahwa ayah bunda Nabi adalah orang-orang suci, orang-orang pilihan, orang-orang yang diselamatkan dari kemusyrikan dan kekufuran serta perilaku-perilaku buruk kaum Jahiliyah. Sehingga, tempat mereka kelak adalah di dalam surga. Itulah keyakinan kita berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat yang kita dapatkan dari para ulama terpercaya.
Nasihat Sayyidina Umar tentang Budaya Meniru
Madinah merupakan jantung
peradaban Islam ketika itu. Umat Islam relatif masih mempertahankan gaya hidup
sederhana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Namun jauh di luar kota Madinah,
keadaannya sedikit berbeda. Banyak kota-kota yang telah mengenal kebudayaan
imperium Romawi atau Persia memiliki kebiasaan menempatkan para pemimpin mereka
di gedung-gedung megah, berpakaian mewah serta kebiasaan-kebiasaan aristokrat
lainnya.
Sebagai khalifah Umar merasa khawatir para penguasa akan terjangkiti penyakit individualistik (tak perduli terhadap kondisi umat), materialistik (menumpuk kekayaan pribadi) dan hedonisitik (memburu kesenangan sesaat) sebagaimana para penguasa Persia dan Romawi.
Ia khawatir kebudayaan asing yang negatif tersebut dapat menggerus nilai-nilai bersahaja agama Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah. Untuk itu Umar merasa perlu untuk mengirimkan sepucuk surat kepada wali kota Azerbaijan, Uthbah bin Farqad.
Dalam hikayat Abu Utsman An Nahdi, Umar pernah mengirim surat kepada Uthbah, sang walikota Azerbaijan. Surat tersebut berisi peringatan Umar yang berbunyi
”Wahai Utbah bin Farqad! Jabatan itu bukan hasil jerih payahmu dan bukan pula jerih payah ayah dan ibumu. Karena itu kenyangkanlah kaum muslimin di negeri mereka dengan apa yang mengenyangkan di rumahmu, hindari bermewah-mewah, hindari memakai pakaian ahli syirik dan hindarilah memakai sutera.”
Teguran Umar ini berdasarkan hadis Rasulullah, "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum berarti dia bagian dari kaum itu."
Demikianlah umar memaknai peniruan (tasyabuh) atas budaya yang negatif sebagai sesuatu yang berbahaya. Sikap meniru juga menunjukkan lemahnya kepribadian yang menciptakan generasi bunglon yang gampang terombang-ambing dan kerjanya cuma mengekor.
Sementara budaya mengekor ini dibahasakan oleh Rasulullah dalam hadis: “Kamu telah mengikuti sunnah orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka.” (Anam)
Sebagai khalifah Umar merasa khawatir para penguasa akan terjangkiti penyakit individualistik (tak perduli terhadap kondisi umat), materialistik (menumpuk kekayaan pribadi) dan hedonisitik (memburu kesenangan sesaat) sebagaimana para penguasa Persia dan Romawi.
Ia khawatir kebudayaan asing yang negatif tersebut dapat menggerus nilai-nilai bersahaja agama Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah. Untuk itu Umar merasa perlu untuk mengirimkan sepucuk surat kepada wali kota Azerbaijan, Uthbah bin Farqad.
Dalam hikayat Abu Utsman An Nahdi, Umar pernah mengirim surat kepada Uthbah, sang walikota Azerbaijan. Surat tersebut berisi peringatan Umar yang berbunyi
”Wahai Utbah bin Farqad! Jabatan itu bukan hasil jerih payahmu dan bukan pula jerih payah ayah dan ibumu. Karena itu kenyangkanlah kaum muslimin di negeri mereka dengan apa yang mengenyangkan di rumahmu, hindari bermewah-mewah, hindari memakai pakaian ahli syirik dan hindarilah memakai sutera.”
Teguran Umar ini berdasarkan hadis Rasulullah, "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum berarti dia bagian dari kaum itu."
Demikianlah umar memaknai peniruan (tasyabuh) atas budaya yang negatif sebagai sesuatu yang berbahaya. Sikap meniru juga menunjukkan lemahnya kepribadian yang menciptakan generasi bunglon yang gampang terombang-ambing dan kerjanya cuma mengekor.
Sementara budaya mengekor ini dibahasakan oleh Rasulullah dalam hadis: “Kamu telah mengikuti sunnah orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka.” (Anam)
Sabtu, 15 Desember 2012
SYEIKH ABDURRAHMAN SHIDDIQ AL-BANJARI
Ulama yang diriwayatkan ini adalah keturunan Syeikh Muhammad
Arsyad al-Banjari bin Haji Muhammad Afif bin Haji Anang Mahmud bin Haji
Jamaluddin bin Kiyai Dipa Santa Ahmad bin Fardi bin Jamaluddin bin Ahmad
al-Banjari. Jalur keturunan yang menyentuh Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari,
ulama dunia Melayu yang sangat terkenal, ialah bahwa ibunya bernama Shafura
binti Mufti Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As’ad. Ibu Mufti Haji
Muhammad As’ad bernama Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, yaitu
daripada perkahwinan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan Tuan Bajut.
Dari jalur yang lain pula bahwa ibu Muhammad Afif bernama
Sari binti Khalifah Haji Zainuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, iaitu
daripada perkahwinan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan Tuan Guat.
Berdasarkan catatannya sendiri yang penulis peroleh daripada keturunan beliau
di Sapat dan Tembilahan, Indragiri Hilir (1982) bahawa Haji Abdur Rahman
Shiddiq lahir bulan Rabiulakhir, malam Khamis, sebelum Subuh, 1284
Hijrah/Agustus 1867 Masehi. Penulis tidak sependapat dengan
beberapa orang penulis yang menyebut bahwa Tuan Surgi Haji Abdur Rahman Shiddiq
lahir pada tahun 1857 Masihi. Mengenainya barangkali satu kekeliruan
menyesuaikan tahun 1284 Hijrah atau 1288 Hijrah ke tahun Masehi saja. Bahwa
1284 Hijrah bukan bersamaan dengan tahun 1857 Masihi tetapi yang betul ialah
tahun 1867 Masihi. Catatan tambahan yang dilakukan oleh anaknya bahwa beliau
wafat pada hari Senin, jam 5.40, 4 Sya’ban 1358 Hijrah/18 September 1939
Masihi, dalam usia 70 tahun.
PENDIDIKAN
Pendidikan dasarnya beliau diperoleh dari lingkungan
keluarga Ulama Banjar yang ada hubungan dengan beliau. Baik kepada kedua-dua
orang tuanya, maupun Abdur Rahman Shiddiq sendiri berhasrat untuk memperoleh
ilmu yang banyak di Tanah Suci Mekah, namun beliau menempuh jalan yang
berliku-liku. Tuan Haji Abdur Rahman Shiddiq banyak memperoleh ilmu di alam
terbuka, bumi dipijak, langit dijunjung di beberapa tempat yang dirantaunya.
Mulai Banjar berlayar ke Jawa, ke Sumatera, sambil berlayar, di rantau orang
mengajar dan berusaha untuk memperoleh biaya untuk sampai ke Tanah Suci Mekah.
Perjuangannya adalah suci untuk memperoleh ilmu
memartabatkan Islam, semangatnya adalah teguh kukuh tidak akan terabai dan
tergugahkan. Sempat belajar dengan beberapa orang ulama di Padang, sambil
berdagang emas dan perak di Padang. Beliau juga merantau ke daerah Tapanuli.
Pernah mengajar kitab Sabilul Muhtadin, karangan Syeikh Muhammad Arsyad
al-Banjari, datuk neneknya di Barus dan Natal di daerah Tapanuli. Berdasarkan
catatan Tuan Haji Abdur Rahman Shiddiq bahwa dalam musim haji tahun 1306 Hijrah
yang bererti bersamaan dengan Julai 1889 Masehi barulah cita-cita Tuan Haji
Abdur Rahman Shiddiq sampai ke Mekah, dan tinggal di sana hingga tahun 1312
Hijrah/1894 Masihi. Oleh sebab Haji Abdur Rahman Shiddiq sampai di Mekah pada
tahun tersebut di atas dinyatakan oleh beliau sendiri, maka penulis tidak
sependapat dengan kenyataan Imran Effendy Hs dalam buku Pemikiran Akhlak Syekh
Abdurrahman Shiddiq al-Banjari, halaman 16, 18 dan 63 yang menyebut bahawa Haji
Abdur Rahman Shiddiq berangkat ke Mekah pada 1882/3 Masihi.
Catatan tulisan tangan Haji Abdur Rahman Shiddiq penulis
miliki sejak tahun 1982 di Sapat daripada salah seorang keturunan beliau. Dalam
catatan itu jelas bahwa sejak dilahirkan, catatannya berada di Padang pada 10
Zulhijjah 1305 Hijrah/18 Agustus 1888 Masihi, bahwa beliau bernama Abdur Rahman
Shiddiq. Oleh sebab catatannya ditulis jauh sebelum beliau berada di Mekah,
maka penulis juga tidak sependapat dengan buku di atas (halaman 18) yang
menyebut bahawa gelar `Shiddiq’ diberikan oleh gurunya, al-Syata (maksudnya
Sayid Abu Bakri asy-Syatha) di Mekah.Sewaktu belajar di Mekah, beliau
bersahabat dengan beberapa orang, di antara mereka ialah Tuan Husein Kedah
al-Banjari, keturunan Banjar yang dilahirkan di Kedah ini (lahir 1280
Hijrah/1863 Masihi) usianya lebih tua beberapa tahun daripada Haji Abdur Rahman
(lahir 1288 Hijrah/1871 Masihi).
Sabtu, 08 Desember 2012
Selasa, 04 Desember 2012
Pengumuman Ujian Semester Pertama Tahun Pelajaran 2012 / 2013
Nomor : 001 -USM/SU/W.U./12/2012 19 Muharram 1434 H.
Lamp : 2 (dua) lembar 03 Desember 2012 M
Perihal : Pelaksanaan Ujian Semester
Madrasah tahun pelajaran 2012/2013
Kepada
Yth. :
Para Santri Tingkat Diniyah Wustho & Tingkat Diniyah 'Ulya
Di - T e m p a t
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Untuk mengevaluasi hasil
belajar santri selama satu semester pelajaran tahun pelajaran 2012/2013, maka
madrasah memandang perlu untuk melaksanakan evaluasi santri dalam bentuk Ujian Semester
Madrasah (USM) dengan beberapa penjelasan sebagai berikut :
I. PERSYARATAN CALON PESERTA & PELAKSANAAN
UJIAN :
1. Peserta terdaftar sebagai santri dengan dibuktikan adanya Buku
SPP dan Nomor Induk Santri (NIS)
2. Melunasi tunggakan Iuran SPP
selama satu semester pelajaran (Juli s/d. Desember 2012)
3. Memenuhi kuota kehadiran santri minimal 50,01 % kehadiran selama
satu semester pendidikan.
4. Kegiatan pelaksanaan ujian dimaksud Insya Allah akan dimulai
sejak Senin, 24 Desember 2012 sampai
dengan Rabu, 02 Januari 2013
( selama 9 hari ) Jadual ujian dan pengawas serta tata tertib terlampir.
II. BIAYA & TEMPAT PENDAFTARAN :
1. Biaya pendaftaran persantri untuk Tingkat Diniyah Wustho & Tingkat
Diniyah Ulya sebesar Rp. 25.000,- (dua
puluh lima ribu rupiah )
2. Waktu pendaftaran sejak pengumuman ini dikeluarkan sampai hari Ahad,
23 Desember 2012.
3. Tempat pendaftaran kepada masing-masing Guru Wali Kelas/Tingkat
dari jam 08.00 s/d. 12.00. dikantor atau lokal belajar.
4. Nomor peserta adalah Nomor Induk Santri (NIS) dan posisi lokal
ditempat masing masing sebagaimana kegiataan belajar kecuali untuk kelas I
Diniyah Ulya (santri puteri) ditempatkan di ruang aula.
III.
FORMAT UJIAN / SOAL :
Format dan
bentuk ujian, lisan atau tulisan
ketentuannya diserahkan kepada masing-masing Asatidzah pemegang mata pelajaran
(Dars)
IV. LIBURAN
PRA & pasca ujian semester madrasah. :
Sebelum
Ujian dilangsungkan kegiatan belajar libur Sabtu & Ahad, 22 & 23
Desember 2012. Dan setelah pelaksanaan Ujian Semester, liburan dimulai sejak
hari Kamis, 03 s/d. Kamis, 10 Januari 2013. Turun kembali dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) kemadrasah pada hari Sabtu, 12 Januari 2013.
V. hal – hal lain
Insya
Allaj Buku Raport Santri Insya Allah
akan dibagikan pada waktu yang ditentukan kemudian. Karena itu kepada santri
kelas II & III tingkat Diniyah Wustho dan Ulya yang belum menyerahkan Buku
Raport, agar segera mengembalikan kepada Guru Wali Kelasnya masing-masing.
Demikian
beberapa hal yang disampaikan berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan Ujian Semester
Madrasah tahun pelajaran 2012/2013. Atas
perhatian dan dilaksanakannya ketentuan ini sebelumnya diucapkan terimakasih.
Madrasah “Sullamul ‘Ulum”
Dalampagar Ulu Martapura Timur
Kepala Tingkat Diniyah
Wustho,
Kepala Tingkat Diniyah 'Ulya,
H. Abdul Halim ZA.
H.M. Mazani AR.
Tembusan
disampaikan kepada Yth. :
1. Pengurus Yayasan Al - Arsyadiyah
2. Plh. Pimpinan Pondok Pesantren. “Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary”
3. Guru Wali Kelas masing-masing kelas / tingkat Wustho & Ulya
2. Plh. Pimpinan Pondok Pesantren. “Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary”
3. Guru Wali Kelas masing-masing kelas / tingkat Wustho & Ulya
Sabtu, 10 November 2012
Mengenang Almaghfurlah Al Ustadz Guru H. Abdul Murid Rasyid
"Inna
Lillahi Wa Inna Ilayhi Roji'un" telah berpulang ke Rahmatullah Al
Ustadz Al Mukarram Bapak Giuru H. Abdul Murid Rasyid (Ketua Umum Yayasan
Al Arsyadiyah) Pengajar tingkat Ulya Madrasah Sullamul Ulum
Hari : Malam Kamis, 07 Rajab 1423 H / 08 Juni 2011
Di : Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin
Jam : Sekitar Pukul 19.30 Wita
Setelah beliu menyelesaikan pendidikan keagamaan tingkat Aliyah Sullamul Ulum(pada waktu) itu beliau bersama sama para sahabat dikampung beliau diantaranya Al Ustadz Al Mukarram Bapak Guru H.M. Mazani AR (Kepala tingkat diniyah Ulya Sullamul Ulum) Al Ustadz Al Mukarram Bapak Guru M. Hifni Afief (salah seorang dewan asatidzah Ulya sekarang ini, Al Ustadz Al Mukarram Bapak Guru M. Sibawaihi Sirajuddin (salah seorang dewan asatidzah Wustho sekarang ini), Almarhum Al Ustadz Al Mukarram Mohammad As’ad Arfan (pernah menjabat kepala tingkat Ibtidaiyah Sullamul Ulum) dan beberapa sahabat beliau lainnya pergi memperdalam ilmu agama Islam ke tanah jawa tepatnya memondok di Pondok Pesantren Datuk Kalampayan Bangil Jawa Timur pada masa itu dbawah asuhan dan bimbingan Maha Guru Al Alimul Allamah Al Arif Billah Asysyekh K.H.M. Syarwani Abdan (Rahimahullah Wa Yardhoh)
Hari : Malam Kamis, 07 Rajab 1423 H / 08 Juni 2011
Di : Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin
Jam : Sekitar Pukul 19.30 Wita
Tanggal lahir : 10 Juni 1951
Usia : 60 tahun
Masa tugas : Juli 1981 (30 tahun)
Semoga Almarhum mendapat curahan rahmah dan maghfirah dari Allah SWT dan segala amal pengabdian beliau menjadi investasi jariyah di Akhirat serta keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan dan kesabaran...
(Biografi Singkat Al Maghfurlah)
Al Ustadz Al Mukarram Bapak Guru H. Abdul Murid Rasyid adalah salah
seorang Asatidzah senior di jajaran Dewan Asatidzah Pondok Pesantren
Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary tingkat diniyah Ulya Madrasah Sullamul
Ulum. Beliau di lahirkan di Desa Dalampagar Ulu Martapura Timur pada
tanggal 10 Juni 1951.Usia : 60 tahun
Masa tugas : Juli 1981 (30 tahun)
Semoga Almarhum mendapat curahan rahmah dan maghfirah dari Allah SWT dan segala amal pengabdian beliau menjadi investasi jariyah di Akhirat serta keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan dan kesabaran...
(Biografi Singkat Al Maghfurlah)
Setelah beliu menyelesaikan pendidikan keagamaan tingkat Aliyah Sullamul Ulum(pada waktu) itu beliau bersama sama para sahabat dikampung beliau diantaranya Al Ustadz Al Mukarram Bapak Guru H.M. Mazani AR (Kepala tingkat diniyah Ulya Sullamul Ulum) Al Ustadz Al Mukarram Bapak Guru M. Hifni Afief (salah seorang dewan asatidzah Ulya sekarang ini, Al Ustadz Al Mukarram Bapak Guru M. Sibawaihi Sirajuddin (salah seorang dewan asatidzah Wustho sekarang ini), Almarhum Al Ustadz Al Mukarram Mohammad As’ad Arfan (pernah menjabat kepala tingkat Ibtidaiyah Sullamul Ulum) dan beberapa sahabat beliau lainnya pergi memperdalam ilmu agama Islam ke tanah jawa tepatnya memondok di Pondok Pesantren Datuk Kalampayan Bangil Jawa Timur pada masa itu dbawah asuhan dan bimbingan Maha Guru Al Alimul Allamah Al Arif Billah Asysyekh K.H.M. Syarwani Abdan (Rahimahullah Wa Yardhoh)
Minggu, 04 November 2012
Mengutamakan Sahabat Nabi SAW
Oleh : Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Tafdhil sahabat adalah mengutamakan urutan yang tepat di antara mana yang harus didahulukan dan tepat kalau didahulukan. Dengan mengakhirkan salah satunya bukan berarti merendahkan atau mengurangi keutamaan yang terakhir. Semisal Imam Ali bin Abi Thalib. Sesuai urutan. Kalau saya contohkan orang mempunyai anak empat. Setelah tidak ada orang tuanva. Famili-famili sepakat bahwa pengganti orang tuanya adalah kakak pertama. Bukan berarti menyepelekan adiknya,sekalipun adiknya lebih pandai, lebih alim. Bukan berarti tnemojokan adiknya yang alim. Tapi semata-mata atas dasar ketuaannya, yang telah banyak makan asam garam dalam menialani kehidupan. Jadi sekali lagi satu atas dasar lebih lua, yang kedua dia anak pertama.
Tafdhil sahabat adalah mengutamakan urutan yang tepat di antara mana yang harus didahulukan dan tepat kalau didahulukan. Dengan mengakhirkan salah satunya bukan berarti merendahkan atau mengurangi keutamaan yang terakhir. Semisal Imam Ali bin Abi Thalib. Sesuai urutan. Kalau saya contohkan orang mempunyai anak empat. Setelah tidak ada orang tuanva. Famili-famili sepakat bahwa pengganti orang tuanya adalah kakak pertama. Bukan berarti menyepelekan adiknya,sekalipun adiknya lebih pandai, lebih alim. Bukan berarti tnemojokan adiknya yang alim. Tapi semata-mata atas dasar ketuaannya, yang telah banyak makan asam garam dalam menialani kehidupan. Jadi sekali lagi satu atas dasar lebih lua, yang kedua dia anak pertama.
Khulafa al-Rasyidun yang pertama adalah Sayidina Abu Bakar,
Nama aslinya Abdullah, Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amir bin Amr bin
Ka’ab bin Saad bin Tayim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Bertemu
dengan silsilah nasab Nabi Saw. di Murrah. Dilahirkan di Makkah al-Mukarramah
setelah lahirnya Rasulullah Saw., berselang satu tahun. Sayidina Abu Bakar
terkenal sebelum masuk Islam! Akrab dengan Nabi Saw sebelum Baginda diangkat
jadi Nabi. Semenjak lahir sampai masuk Islam Abu Bakar tidak pernah menyembah
berhala. Akhlaknya dikenal baik oleh siapapun. Hadits-hadits yang menjelaskan
tentang maqam (kedudukan) Abu Bakar banyak sekali. Nasab Abu Bakar bertemu
dengan nasab Baginda Nabi Muhammad Saw. di datuk ke-8, Sayyid Ka’ab.
Sahabat Abu Bakar adalah Ahli diplomasi. Salah satu
kecerdikannya ialah, ketika ia membangun sebuah tempat ibadah dan melakukan
segala ritual agama di dalamnya, dengan tujuan agar ia tidak melanggar
perjanjian dengan kaum Quraisy untuk senantiasa melakukan ibadah di dalam
rumahnya. Demikian ini karena ia membangun tempat ibadah tersebut di atas lahan
tanah miliknya sendiri, sehingga tidak bisa dikatakan bahwa ia keluar dari
rumahnya. Ibnu al- Daghnah yang pada waktu itu menjadi mediator perjanjian pun
tidak menuntut Abu Bakar.
Kamis, 01 November 2012
Rabu, 31 Oktober 2012
Rabu, 25 Juli 2012
Abu Yazid Al Busthomy Dan Muridnya
Ada
seorang pertapa di antara tokoh-tokoh suci terkenal di Bustham. Ia
mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa
mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan
tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama
sahabat-sahabat beliau.
Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid,
“pada hari ini genaplah tigapuluh tahun
lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do’a sepanjang malam sehingga aku
tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum
pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan
itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu”.
Lima Fakta Unik Tentang Ka'bah
KA'BAH merupakan kiblat salat bagi seluruh umat muslim di dunia. Ka'bah
terdapat dalam area Masjidil Haram yang terletak di kota Makkah, Arab
Saudi. Setiap tahunnya, jutaan muslim dari berbagai penjuru dunia datang
ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah serta berziarah ke
sejumlah tempat bersejarah di sana.
Dalam Ka'bah tidak terdapat benda apapun. Meskipun demikian, Ka'bah memiliki arti yang sangat penting bagi umat muslim. Berdasarkan sebuah riwayat, Ka'bah merupakan bangunan pertama yang diciptakan sejak penciptaan bumi.
Ka'bah memiliki rahasia tersembunyi, bahkan tempat-tempat sekitar ka'bah termasuk depan pintu Multazam merupakan tempat mustajab untuk berdoa.
Namun, tahukah Anda jika ternyata ada banyak fakta unik di balik kesucian bangunan Ka'bah? detikramadan menghimpun dari berbagai sumber, sedikitnya ada 5 fakta unik tentang Ka'bah.
Dalam Ka'bah tidak terdapat benda apapun. Meskipun demikian, Ka'bah memiliki arti yang sangat penting bagi umat muslim. Berdasarkan sebuah riwayat, Ka'bah merupakan bangunan pertama yang diciptakan sejak penciptaan bumi.
Ka'bah memiliki rahasia tersembunyi, bahkan tempat-tempat sekitar ka'bah termasuk depan pintu Multazam merupakan tempat mustajab untuk berdoa.
Namun, tahukah Anda jika ternyata ada banyak fakta unik di balik kesucian bangunan Ka'bah? detikramadan menghimpun dari berbagai sumber, sedikitnya ada 5 fakta unik tentang Ka'bah.
1. Ka'bah mengeluarkan sinar radiasi
Planet bumi mengeluarkan semacam radiasi, yang kemudian diketahui sebagai medan magnet. Penemuan ini sempat mengguncang National Aeronautics and Space Administration (NASA), badan antariksa Amerika Serikat, dan temuan ini sempat dipublikasikan melalui internet. Namun entah mengapa, setelah 21 hari tayang, website yang mempublikasikan temuan itu hilang dari dunia maya.
Senin, 23 Juli 2012
Pemahaman Ahlussunnah Tentang Hadits an Nuzul
Ada sebuah hadits yang dikenal dengan nama Hadîts an-Nuzûl.
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imâm al-Bukhari dan al-Imâm Muslim dalam kitab
Shahih masing-masing. Redaksi hadits riwayat al-Bukhari adalah sebagai berikut:
(Shahîh al-Bukhâri; Kitâb al-Shalât, Bâb al-Du’â Wa al-Shalât Âkhir al-Layl.
Lihat pula Shahîh Muslim; Kitâb Shalât al-Musâfirîn Wa Qashruhâ; Bâb al-Targhîb
Fî al-Du’â Wa al-Dzikr Fî Âkhir al-Layl Wa al-Ijâbah Fîh.)
“Telah mengkabarkan kepada kami Abdullah ibn Maslamah, dari
Malik, dari Ibn Syihab, dari Abu Salamah dan Abu Abdillah al-Agarr, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
يَنْـزِلُ رَبّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيلَةٍ إلَى السّمَاءِ
الدّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللّيلِ الآخِر يَقُوْل: مَنْ يَدْعُونِي فَأسْتَجِيْب
لهُ وَمَن يَسْألنِي فأعْطِيه وَمنْ يَسْتَغْفِرني فأغْفِر لهُ رواه البخاري
Hadîts an-Nuzûl ini tidak boleh dipahami dalam makna
zhahirnya, karena makna zhahirnya adalah turun dari arah atas ke arah bawah,
artinya bergerak dan pindah dari satu tempat ke tampat yang lain, dan itu
mustahil pada hak Allah. Al-Imâm an-Nawawi dalam kitab Syarh Shahîh Muslim
dalam menjelaskan Hadîts an-Nuzûl ini berkata:
“Hadist ini termasuk hadits-hadits tentang sifat Allah.
Dalam memahaminya terdapat dua madzhab mashur di kalangan ulama;
Pertama: Madzhab mayoritas ulama Salaf dan sebagian ulama
ahli Kalam (teolog),
yaitu dengan mengimaninya bahwa hal itu adalah suatu yang
hak dengan makna yang sesuai bagi keagungan Allah, dan bahwa makna zahirnya
yang berlaku dalam makna makhluk adalah makna yang bukan dimaksud. Madzhab
pertama ini tidak mengambil makna tertentu dalam memahaminya, artinya mereka
tidak mentakwilnya. Namun mereka semua berkeyakinan bahma Allah Maha Suci dari
sifat-sifat makhluk, Maha Suci dari pindah dari suatu tempat ke tempat lain,
Maha Suci dari bergerak, dan Maha Suci dari seluruh sifat-sifat makhluk.
Kedua: Madzhab mayoritas ahli Kalam (kaum teolog) dan
beberapa golongan dari para ulama Salaf,
di antaranya sebagaimana telah diberlakukan oleh Malik, dan
al-Auza’i, bahwa mereka telah melakukan takwil terhadap hadits ini dengan
menentukan makna yang sesaui dengan ketentuan-ketentuannya. Dalam penggunaan
metode takwil ini para ulama madzhab kedua ini memiliki dua takwil terhadap
Hadîts an-Nuzûl di atas.
Pertama; Takwil yang nyatakan oleh Malik dan lainnya
bahwa yang dimaksud hadits tersebut adalah turunnya rahmat Allah, dan
perintah-Nya, serta turunnya para Malaikat pembawa rahmat tersebut. Ini biasa
digunakan dalam bahasa Arab; seperti bila dikatakan: “Fa’ala al-Sulthân Kadzâ…”
(Raja melakukan suatu perbuatan), maka yang dimaksud adalah perbuatan yang
dilakukan oleh bawahannya dengan perintahnya, bukan raja itu sendiri yang
melakukan perbuatan tersebut.
Kedua; takwil hadits dalam makna isti’ârah (metafor),
yaitu dalam pengertian bahwa Allah mengaruniakan dan mengabulkan segala
permintaan yang dimintakan kepada-Nya saat itu. (Karenanya, waktu sepertiga
akhir malam adalah waktu yang sangat mustajab untuk meminta kepada Allah)”
(An-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim, juz 6, hal. 36).
Minggu, 22 Juli 2012
Pesan & Kesan Santri Yang Di Tinggalkan
SAMBUTAN
SANTRI YANG DITINGGALKAN
(Disampaikan oleh : Ahmad Sa’dillah)
(Ketua Ikatan Santri Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjary)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله على نعمه الجزيلة. و الصلاة والسلام على
صاحب
الفضيلة . سيد
نامحمد بن عبدالله.
وعلى
آله وصحبه ومن تبعهم إلى يوم
القيامة اما بعد :
Segala Puji hanya kepada Allah Swt. Atas
segala Karunia dan AnugerahNya. Sholawat dan Salam selalu tercurah kepada
Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw pembawa Risalah dan pengajaran untuk
alam semesta, pengemban Rahmat untuk seluruh jagat raya. Demikian juga Sholawat
dan Salam teruntuk keluarga, sahabat dan orang yang selalu mengikuti beliau
dalam ilmu, iman dan amal.
.
Hadirin yang terhormat,
Mengawali sambutan pesan dan kesan
dari santri yang ditinggalkan, sebelumnya diucapkan terimakasih atas kepercayaan
para santri, untuk mewakili sambutan ini, meskipun diri pribadi ini bukanlah
yang terbaik diantara rekan para santri semua.
Telah kita
simak dan dengarkan bersama, sambutan dari Kakak santri yang akan mengakhiri
pendidikannya ditempat ini, ilustrasi dan gambaran suara hati mereka, tentang
harapan, permohonan dan pinta yang tulus telah ia hantarkan baik terhadap Bapak
dan Ibu Dewan Asatidzah, maupun terhadap kita sebagai santri yang masih
bertahan disini, maupun masyarakat sekitar tempat kita belajar ini.
Maka dalam
kesempatan ini pula, kami ingin menyampaikan ucapan salam perpisahan, terkhusus
untuk kakak santri yang akan menyelesaikan studynya disini. Kami atas nama
adik-adik santri mengucapkan SELAMAT JALAN dan selamat melanjutkan
perjalanan kehidupan, dalam mengemban misi nilai-nilai ke-Islaman, dikampung
halaman kakak santri masing-masing, semoga segala jerih payah dan perjuangan
kakak selama menuntut ilmu disini, akan berguna bagi keluarga, dan lingkungan
sekitar kakak, dan setidaknya berguna bagi diri pribadi kakak sendiri, sebagai
penerang dalam gulita dan penyejuk dalam dahaga.
Muhammad Sa'dillah (Ketua Ikatan Santri Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary (ISMA) Priode 2011/2012 |
Sabtu, 21 Juli 2012
Pesan dan Kesan Santri Yang Meninggalkan
PESAN & KESAN SANTRI KELAS III tingkat DINIYAH ‘ulya
MADRASAH SULLAMUL ULUM TAHUN PELARAJAN 2011 / 2012
Di Sampaikan Oleh : Muhammad Mardhotillah
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله على
نعمه الجريلة والصلاة والسلام على سيدناومولانا محمد ذى الأو صاف الكاملة وعلى آله وصحبه الذين نالوا الدرجات العليا بالسبق فى نصرة الملة ومن تبعهم الى يوم القيامة أما بعد :
Segala Puji
dan Syukur kita hantarkan ke-Hadhirat Allah Swt Sang pencipta waktu dan
perputaran masa, sehingga terus bergerak dan berjalan, hingga akhirnya menuju
titik akhir kehidupan. Sholawat serta Salam senantiasa tercurah keharibaan
Baginda Rasulillah Nabi Besar Muhammad Saw beliau senantiasa mendedikasikan
segenap jiwa dan raganya demi untuk kedamaian dan keselematan ummat manusia
baik didunia maupun diAkhirat, Rasulullah sebagai pendidik dan pengajar yang
paripurna, segala khazanah keilmuan
tersimpan dan terkandung pada beliau. Demikian juga Sholawat dan Salam
tersambung kepada seluruh keluarga, shahabat dan orang-orang yang senantiasa
eksis mengikuti alur Sunnah yang telah digariskan.
Hadirin yang terhormat,
Sebuah perjumpaan
dan akhirnya perpisahan, semua itu tidak
terlepas dari sebuah ornamen kehidupan, karena memang bertemu, berkumpul, dan berpisah adalah bagian
dari rotasi kehidupan di jagat raya ini. Demikian pula acara yang dilaksanakan
pada hari ini, kita menjalankan perputaran dan peredaran dimensi kehidupan itu
sendiri.
Dalam sambutan pesan dan kesan untuk
yang meninggalkan, atas nama pribadi sebelumnya mohon maaf, sekiranya dalam
penyampaian nanti terdapat kesalahan dan kekhilapan serta tidaklah diri
pribadi, yang terbaik diantara rekan santri, yang mewakili sambutan ini.
Ada beberapa hal yang ingin kami sampaikam berkenaan dalam suasana dan
nuansa acara pada hari ini, baik kepada
Dewan Asatidzah, rekan santri adik kelas maupun kepada masyarakat sekitar
Madrasah.
Muhammad Mardhotillah Menyampaikan Pesan & Kesan Santri Yang Meninggalkan |
Rabu, 11 Juli 2012
Alumni Ke-40 Diniyah Ulya Tahun Pejaran 2011/2012
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد لله القائل : يرفع الله الذين أمنوا
منكم والذين أوتوا العلم درجات, والصلاة والسلام على أفضل المخلوقات, سيدناومولانا محمد صاحب الايات
البينات, الذى قال : طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة , وعلى آله
وصحبه ومن تبعهم الى يوم القيامة , وبعد :
Atas nama Keluarga Besar Madrasah “Sullamul Ulum” Dalampagar
Ulu Martapura Timur dalam kesempatan ini, mengucapkan "selamat jalan" kepada para santri
yang telah
mengakhiri pendidikan Agama Islam dialmamater ini dan kini akan kembali kekampung halaman
masing-masing. Meskipun tuntunan agama kita mengajarkan bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal ruang
batas dan waktu namun dengan harapan, ini dapat menambah perbendaharaan ilmu
iman dan amal serta dapat diimplementasikan apa yang telah diperoleh semasa menempuh studynya dan
dapat berguna baik bagi
diri pribadi alumni,
keluarga serta lingkungan sekitarnya.
Kiranya album sederhana yang
diterbitkan oleh bagian Tata Usaha Madrasah ini, dapat dijadikan sebagai
perajut tali silaturrahmi baik antara para alumni dengan asatidzah maupun
antara sesama alumni sebagai sahabat yang telah merasakan melodi kehidupan
dikala suka maupun ketika berbagi rasa dalam meretas kehidupan menuntut ilmu. Dan
kiranya pula album kecil ini dapat memberikan suatu makna dan guna serta
sebagai pelipur lara dikala sedang kaganangan dan dandaman yang karena sesuatu dan lain
hal tidak dapat bertemu seperti dulu
lagi.
Akhirnya tiada besar harapan dan pesan
kami para asatidzah, hanyalah agar para alumni selalu menjaga nama baik
almamaternya dalam sikap dan tingkah laku dimana saja dan kiranya sertakanlah
kami dalam doamu disetiap waktu.
Semoga segala amal usaha dan karya
kebaikan kita semua, senantiasa menjadi amal jariyah dan kontribusi serta
investasi pahala di Akhirat kelak. Dan bilamana taqdir Ilahi menggariskan kita
dapat lagi dipertemukan, bila tidak disini semoga nanti dialam abadi, Amin Yaa
Robbal Alamin.
Dalampagar Ulu, 01 Sya'ban 1433 H
23 Juni 2012 M
Kepala Diniyah Ulya,
( H.M. Mazani AR. )
Dalampagar Ulu, 01 Sya'ban 1433 H
23 Juni 2012 M
Kepala Diniyah Ulya,
( H.M. Mazani AR. )
Pembawa Acara (Sdr. Taufiq Isma'il Memandu Acara perpisahan |
Selasa, 03 Juli 2012
Pengumuman Penerimaan Santri Baru Tahun Pelajaran 2012 / 2013
MADRASAH “SULLAMUL ‘ULUM”
DALAMPAGAR ULU MARTAPURA TIMUR KAL IMANTAN SELATAN
Tingkat Diniyah Wustho – Tingkat Diniyah 'Ulya
PENGUMUMAN
Nomor : 01-PSB/SU/D/W.U./07/2012
Madrasah Diniyah “Sullamul Ulum” Dalampagar Ulu Martapura Timur Kalimantan Selatan berdiri sejak tgl. 14 Syawwal 1350 H bertepatan dengan tanggal 01 Juni 1931 M berstatus swasta dan otonom tidak berafaliasi dengan organisasi keagamaan dan politik tertentu.
Bertujuan :
Misi dan Visi didirikannya oleh para Ulama dan tokoh masyarakat pada waktu itu, adalah untuk membina insan ilmiyah religius dan bertaqwa kepada Allah SWT serta melestarikan dan mengamalkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah Waljama’ah.
Dalam Perkembangannya :
DALAMPAGAR ULU MARTAPURA TIMUR KAL IMANTAN SELATAN
Tingkat Diniyah Wustho – Tingkat Diniyah 'Ulya
PENGUMUMAN
Nomor : 01-PSB/SU/D/W.U./07/2012
Madrasah Diniyah “Sullamul Ulum” Dalampagar Ulu Martapura Timur Kalimantan Selatan berdiri sejak tgl. 14 Syawwal 1350 H bertepatan dengan tanggal 01 Juni 1931 M berstatus swasta dan otonom tidak berafaliasi dengan organisasi keagamaan dan politik tertentu.
Bertujuan :
Misi dan Visi didirikannya oleh para Ulama dan tokoh masyarakat pada waktu itu, adalah untuk membina insan ilmiyah religius dan bertaqwa kepada Allah SWT serta melestarikan dan mengamalkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah Waljama’ah.
Dalam Perkembangannya :
- Hasil lulusan dan alumni pertama sampai tahun ke- 38 saat ini yang tersebar dibeberapa daerah propinsi kawasan Kalimantan kini telah berhasil menjadi panutan masyarakat sekitarnya.
- Madrasah "Sullamul 'Ulum" mempunyai beberapa tingkatan dan berada dibawah naungan Pondok Pesantren “Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary”.
- Bagi para santri yang berprestasi dikelasnya, mendapat prioritas untuk diikutsertakan dalam kegiatan dan perlombaan yang bersifat ilmiyah dan mendapatkan bantuan pendidikan.
Khataman dan Wisuda Ke-XXII Santri TPA Sullamul Ulum tahun 2012
Acara Khataman dan Wisuda Santri TPA
Unit 43 Sullamul Ulum Dalampagar Ulu Martapura Timur Kal-Sel.
Ahad, 28 Rajab
1433 H / 17 Juni 2012 M
Tempat : Halaman Madrasah Sullamul Ulum Unit II (berseberangan dengan Asrama Putera Arsyady)
Putera dan Puteri yang akan membumikan al Quran di persada raya...
Mohon kembali bimbingan dari para orang tua santri agar selalu menjaga
anak anaknya untuk selalu dibimbing dengan suara dan alunan al Quran ...
Agar relung sanubarinya penuh dengan nilai Robbany... sehingga segala
aktifitasnya selalu dalam tuntunan dan arahan nilai nilai yang
Qur'any.... Semoga..
Kepada para santri wisuda.. perjuangan
dalam mengemban nilai Qurani bagi anak anak semua masih sangat panjang..
diperlukan sikap mujahadah dan mudawah serta istiqomah untuk anak anak
semua..............
Selamat untuk semuanya.....
Kepala TKA/TPA Sullamul Ulum
Dalampagar Ulu Martapura Timur Kal Sel,
(Al Ustadz H. Ahmady A. Hamid, Lc)
Minggu, 01 April 2012
Sejarah Dan Proses Pembuatan Kiswah Baytullah
Pada ka'bah kita sering melihat adanya Kiswah (kain/selimut hitam penutup ka’bah). Tujuan dari pemasangan kain itu adalah untuk melindungi dinding ka’bah dari kotoran, debu, serta panas yang dapat membuatnya menjadi rusak. Selain itu kiswah juga berfungsi sebagai hiasan ka’bahh.
Menurut sejarah, Kabah sudah diberi kiswah sejak zaman Nabi Ismail AS,
putra Nabi Ibrahim AS. Namun tidak ada catatan yang mengisahkan kiswah
pada zaman Nabi Ismail terbuat dari apa dan berwarna apa. Baru pada masa
kepemimpinan Raja Himyar Asad Abu Bakr dari Yaman, disebutkan kiswah
yang melindungi Ka’bah terbuat dari kain tenun.
Kebijakan Raja
Himyar untuk memasang kiswah sesuai tradisi Arab yang berkembang sejak
zaman Ismail as diikuti oleh para penerusnya. Pada masa Qusay ibnu
Kilab, salah seorang leluhur Nabi Muhammad yang terkemuka, pemasangan
kiswah pada Kabah menjadi tanggung jawab masyarakat Arab dari suku
Quraisy.
Nabi Muhammad SAW sendiri juga pernah memerintahkan
pembuatan kiswah dari kain yang berasal dari Yaman. Sedangkan empat
khalifah penerus Nabi Muhammad yang termasuk dalam Khulafa al-Rasyidin
memerintahkan pembuatan kiswah dari kain benang kapas.
Sementara itu, pada era Kekhalifahan Abbassiyah, Khalifah ke-4 al-Mahdi
memerintahkan supaya kiswah dibuat dari kain sutra Khuz. Pada masa
pemerintahannya, kiswah didatangkan dari Mesir dan Yaman.
Menurut catatan sejarah, kiswah tidak selalu berwarna hitam pekat
seperti saat ini. Kiswah pertama yang dibuat dari kain tenun dari Yaman
justru berwarna merah dan berlajur-lajur. Sedangkan pada masa Khalifah
Mamun ar-Rasyid, kiswah dibuat dengan warna dasar putih. Kiswah juga
pernah dibuat berwarna hijau atas perintah Khalifah An-Nasir dari Bani
Abbasiyah (sekitar abad 16 M) dan kiswah juga pernah dibuat berwarna
kuning berdasarkan perintah Muhammad ibnu Sabaktakin.
Penggantian kiswah yang berwarna-warni dari tahun ke tahun, rupanya
mengusik benak Kalifah al-Mamun dari Dinasti Abbasiyah, hingga akhirnya
diputuskan bahwa sebaiknya warna kiswah itu tetap dari waktu ke waktu
yaitu hitam. Hingga saat ini, meskipun kiswah diganti setiap tahun,
tetapi warnanya selalu hitam.
Pada era keemasan Islam ,
tanggung jawab pembuatan maupun pengadaan kiswah selalu dipikul oleh
setiap khalifah yang sedang berkuasa di Hijaz, Arab Saudi pada setiap
masanya. Meskipun kiswah selalu menjadi tanggung jawab para khalifah,
beberapa raja di luar tanah Hijaz pernah menghadiahkan kiswah kepada
pemerintah Hijaz.
Dulu, kiswah yang terbuat dari sutera hitam
pernah didatangkan dari Mesir yang biayanya diambil dari kas Kerajaan
Mesir. Tradisi pengiriman kiswah dari Mesir ini dimulai pada zaman
Sultan Sulaiman yang memerintah mesir pada sekitar tahun 950-an H sampai
masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya sekitar akhir tahun 1920-an.
Setiap tahun, kiswah-kiswah indah yang dibuat di Mesir itu diantar ke
Makkah melewati jalan darat menggunakan tandu indah yang disebut mahmal.
Kiswah beserta hadiah-hadiah lain di dalam mahmal datang bersamaan
dengan rombongan haji dari Mesir yang dikepalai oleh seorang amirul
hajj.
Amirul hajj itu ditunjuk secara resmi oleh pemerintah
Kerajaan Mesir. Dari Mesir, setelah upacara serah terima, mahmal yang
dikawal tentara Mesir berangkat ke terusan Suez dengan kapal khusus
hingga ke pelabuhan Jeddah. Setibanya di Hijaz, mahmal tersebut diarak
dengan upacara sangat meriah menuju ke Mekkah.
Pengiriman
kiswah dari Mesir pernah terlambat hingga awal bulan Dzulhijjah. Hal itu
terjadi beberapa waktu setelah meletusnya Perang Dunia I. Keterlambatan
pengiriman kiswah terjadi akibat suasana yang tidak aman dan kondusif
akibat Perang Dunia I.
Melihat situasi yang kurang baik pada
saat itu, Raja Ibnu Saud (pendiri Kerajaan Arab Saudi) mengambil
keputusan untuk segera membuat kiswah sendiri mengingat pada tanggal 10
Dzulhijjah, kiswah lama harus diganti dengan kiswah yang baru. Usaha
tersebut berhasil dengan pendirian perusahaan tenun yang terdapat di
Kampung Jiyad, Mekkah.
Setelah Perang Dunia I berakhir, Raja
Farouq I dari Mesir kembali mengirimkan kiswah ke tanah Hijaz. Namun
melihat berbagai kondisi pada saat itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi
dibawah Raja Abdul Aziz Bin Saud memutuskan untuk membuat pabrik kiswah
sendiri pada 1931 di Makkah. Hingga akhirnya kiswah dibuat di Arab Saudi
hingga saat ini.
Kain kiswah memiliki keunikan dan keunggulan
tersendiri. Pintalan-pintalan benang berwarna emas maupun perak bersatu
padu merangkai goresan kalam Ilahi. kiswah menjadi sangat berharga,
bukan hanya karena firman-firman Allah SWT yang suci yang dipintal pada
kiswah, tetapi juga karena keindahan dan eksotisme pintalan benang
berwarna emas dan perak pada permukaannya.
Perpaduan warna emas
dan perak pada kaligrafi yang menghiasi kiswah tersebut memiliki nilai
seni yang luar biasa. Sebab pembuatannya membutuhkan skill dan bakat
yang luar biasa karena tidak semua orang mampu membuat seni seindah itu.
Kiswah merupakan simbol kekuatan, kesederhanaan, juga keagungan.
Proses Pembuatan Kiswah
Kiswah pertama kali dibuat dibuat oleh seorang pengrajin bernama Adnan
bin Ad dengan bahan baku kulit unta. Namun dalam perkembangannya, kiswah
dibuat dari kain sutera. Untuk membuat sebuah kiswah memerlukan 670 kg
bahan sutera atau sekitar 600 meter persegi kain sutera yang terdiri
dari 47 potong kain. Masing-masing potongan tersebut berukuran panjang
14 meter dan lebar 95 cm.
Ukuran itu sudah disesuaikan untuk
menutupi bidang kubus Kabah pada keempat sisinya. Sedangkan untuk hiasan
berupa pintalan emas diperlukan 120 kg emas dan beberapa puluh kg
perak.
Sejak 1931, kiswah untuk menutupi Kabah diproduksi di
sebuah pabrik yang terletak di pinggir kota Mekkah, Arab Saudi. Dalam
pabrik tersebut, pembuatan kiswah dilakukan secara modern dengan
menggunakan mesin tenun modern. Di pabrik kiswah yang areanya seluas 10
hektare itu dipekerjakan sekitar 240 perajin kiswah.
Dalam
pabrik tersebut, kiswah dibuat secara massal. Di sanalah semuanya
disiapkan dari perencanaan, pembuatan gambar prototipe kaligrafi,
pencucian benang sutera, perajutan kain dasar, pembuatan benang dari
berkilo-kilo emas murni dan perak hingga pada pemintalan kaligrafi dari
benang emas maupun perak, lalu penjahitan akhir.
Meskipun
kiswah tampak hitam jika dilihat dari luar, namun ternyata bagian dalam
kiswah itu berwarna putih. Salah satu kalimat yang tertera dalam
pintalan emas kiswah adalah kalimah syahadat, Allah Jalla Jalallah, La
Ilaha Illallah, dan Muhammad Rasulullah . Surat Ali Imran: 96,
Al-Baqarah :144, surat Al-fatihah, surat Al-Ikhlash terpintal indah
dalam benang emas untuk menghiasi kiswah.
Kaligrafi yang
digunakan untuk menghias kiswah terdiri dari ayat-ayat yang berhubungan
dengan haji dan Kabah juga asma-asma Allah yang dimuliakan. Hiasan
kaligrafi yang terbuat dari emas dan perak tampak berkilau indah saat
terkena cahaya matahari.
Karena menggunakan bahan baku dari
benda-benda yang sangat berharga seperti sutera, emas, maupun perak,
harga kiswah ini menjadi sangat mahal sekitar Rp 50 miliar.
Sehingga setiap tahun Jawatan Wakaf Kerajaan Arab Saudi harus
menyediakan dana sekitar Rp 50 miliar untuk pembuatan kiswah. Menurut
sejarah, tradisi penggantian kiswah yang dilakukan setiap tahunnya sudah
ada sejak masa Khalifah Al-Mahdi yang merupakan penguasa Dinasti
Abbasiyah ke-IV.
Tradisi tersebut bermula ketika, Khalifah
al-Mahdi naik haji kemudian penjaga Kabah melapor kepadanya tentang
kiswah yang pada saat itu sudah mulai rapuh dan dikhawatirkan akan
jatuh. Mendengar laporan yang memprihatinkan itu, Al-Mahdi memerintahkan
agar setiap tahun kiswah diganti.
Sejak saat itu, kiswah untuk
Ka’bah selalu diganti setiap tahun pada musim haji dan menjadi sebuah
tradisi yang harus selalu dijalankan. Dengan demikian tidak ada lagi
kiswah yang kondisinya memprihatinkan.
Pasalnya, setiap kiswah
hanya memiliki masa pakai Ka’bah selama satu tahun. Bahkan, kiswah bekas
dipakai Ka’bah ada yang dipotong-potong kemudian potongan tersebut
dijual sebagai penghias rumah maupun kantor.
Langganan:
Postingan (Atom)